Senin, 24 November 2014

KHOTBAH MAZMUR 23



BAYANG-BAYANG MAUT
(MAZMUR 23:1-6)
A.    PENDAHULUAN
Penulis William H. Ridgeway mengenang masa kecilnya, yakni ketika ia dan temannya suka memetik buah berry. Setelah keranjang mereka penuh, mereka akan duduk-duduk di samping rel kereta api yang ada di dekat situ. Saat matahari terbenam di barat, sebuah kereta akan lewat dan “menggilas mereka.” Tentu saja monster besi dengan suara menggelegar dan peluitnya yang melengking itu tidak benar-benar menggilas mereka. Hanya bayangannya saja yang lewat dan seolah menggilas mereka. Dengan sabar mereka menanti di situ. Meski sudah tahu bahwa tidak akan ada bahaya yang mengancam, namun mereka tetap gentar sementara lokomotif dan gerbong-gerbongnya datang mendekat. Saat kereta api itu lewat, selama beberapa detik mereka berada dalam bayang-bayangnya. Kemudian bayangan itu pun hilang. Matahari yang hendak terbenam menyinari mereka dengan cahayanya yang keemasan saat mereka berjalan menuju rumah mereka yang penuh kehangatan. Betapa indahnya ilustrasi tentang “berjalan dalam bayang-bayang maut” (Mazmur 23:4) yang dimiliki orang Kristen.
Bapak/Ibu dan saudara/i yang terkasih, mendengar “bayang-bayang maut” tentunnya akan membawa kita pada situasi yang mengerikan dan kita akan berusaha untuk menghindarinya.  “Bayang-bayang maut” yang menjadi perenungan kita saat ini menggambarkan sebuah situasi yang menyesakkan dimana semua jalan telah tertutup dan tidak ada yang dapat diharapkan lagi.  Apa hal ini berupa penderitaan karena sakit penyakit yang mengerikan sehingga semua orang menjauh dari kita (seperti Ayub) atau orang-orang yang kita cintai berbalik menyerang kita bahkan mau mencabut nyawa kita.  Bagaimana tindakkan kita?  Mari bersama belajar kepada Daud yang pernah berada dalam “bayang-bayang maut.”
B.     ISI KHOTBAH
            Mazmur 23:1-6 mengisahkan bagaimana sang pemazmur yaitu Daud sedang menghibur dirinya sendiri oleh karena ia harus menjadi seorang pelarian.  Daud diancam oleh anaknya sendiri yaitu Absalom.  Begitu sesaknya hati Daud oleh karena ia harus berhadapan dengan anaknya yang mau membunuh dia.  Daud mengambil keputusan untuk menghindar dari anaknya, yaitu ia harus pergi meninggalkan istana lewat pintu gerbang belakang yang biasanya dipakai oleh keluarga kerajaan sebagai gerbang pelarian dari tangan musuh. Ironisnya, Daud tidak memilih jalan yang mulus yang sering dilalui oleh orang banyak.  Hanya ada satu jalan yang membuat orang tidak akan mau melewati jalan itu untuk membunuh Daud yaitu berjalan dalam sebuah lembah yaitu lembah kematian (Israel menyebut lembah itu adalah “lembah kematian” karena daerah itu ditumbuhi oleh semak belukar yang tinggi dan lebat dan juga pohon-pohonan yang berduri, apabila itu dilalui maka sudah pasti orang yang melalui lembah itu tidak akan bertahan hidup karena ia akan disayat-sayat oleh semak belukar berduri yang lebat).  Apa yang dilakukan Daud? Apakah ia menangis dan mengerang kesakitan? Jawabnya pasti “ya”.  Tetapi, ada sikap yang istimewa yang ditunjukan oleh Daud saat ia dalam kesesakkan di dalam bayang-bayang maut yaitu: pengakuan yang mantap bahwa TUHAN ADALAH GEMBALAKU.
Keperluan (Relevansi)
1.      Kesesakkan karena himpitan masalah yang seakan-akan berada dalam bayang-bayang maut menjadikan pikiran orang lebih banyak fokus kepada masalah tanpa menyadari bahwa ada Allah yang lebih besar dari masalah apapun.
2.      Orang sering berpikir bahwa Allah tidak peduli atas masalah yang menyesakkan tanpa teringat bahwa Allah adalah Allah yang Immanuel yaitu Allah yang menyertai.
Transisi
Bagaimana seharusnya cara memandang Allah dalam setiap kesesakkan karena himpitan masalah yang membuat orang berada dalam bayang-bayang maut?
Gembala:
Ada empat keuntungan jika memiliki konsep pikir yang benar tentang Allah dan menjadikan-Nya gembala di dalam hidup kita pada saat kita berada dalam bayang-bayang maut akibat masalah yang menyesakkan:
1.      Hidup Berkecukupan (ayat 1-3)
Penjelasan:
a.       Ia membaringkan aku di padang yang berumput hijau (ayat 2)
b.      Ia menyegarkan jiwaku
c.       Ia menuntun aku dijalan yang benar (ayat 3)
Penggambaran:
Kalau kita memperhatikan pengembala kambing atau kerbau, pasti akan mencarikan tempat yang ada rumput yang hijau segar untuk hewan penggembalaannya itu dapat makan, ia juga akan memberi minum dan ia akan menuntun hewan penggembaannya itu untuk berjalan ke arah yang benar.
Penegasan:
Orang yang menjadikan Tuhan adalah gembalanya, maka ia pasti tidak akan kekurangan.  Ia akan hidup berkecukupan baik jasmani maupun rohani meskipun ia sedang berada di dalam bayang-bayang maut akibat masalah yang menyesakkan.

Penerapan:
Mulailah belajar mempercayai Tuhan meskipun sedang berada dalam bayang-bayang maut dan jadikanlah Ia gembalamu.

2.      Hidup Aman dan Nyaman (ayat 4)

Penjelasan:
a.       Sekalipun aku berjalan dalam lembah kekelaman, aku tidak takut bahaya
Sebab Tuhan besertaku
b.      Gada-Mu dan Tongkat-Mu, Itulah yang menghibur aku
Penggambaran:
Induk ayam dan anak-anak ayam.  Anak-anak ayam tidak takut untuk berjalan mencari makan meskipun ada elang yang mengawasi dari atas untuk memangsa.  Anak-anak ayam sangat yakin bahwa induk mereka juga selalu mengawasi dan akan memberi isyarat bahaya dan siap-siap mengembangkan sayapnya untuk melindungi anak-anaknya dari sipemangsa.
Penegasan:
Orang yang menjadikan Tuhan adalah gembalanya, maka ia pasti aman dan nyaman baik secara fisik maupun rohani.  ia akan terlindungi dari bayang-bayang maut akibat masalah yang menyesakkan.  Ia pasti tidak akan tersesat karena Gada Tuhan akan menariknya kembali berjalan pada jalan yang benar dan tongkat Tuhan akan mengarahkannya dijalan yang benar.
Penerapan:
Mulailah membangun dasar keyakinan yang kokoh dengan benar terhadap Tuhan.
3.      Hidup Berkemenangan (ayat 5)

Penjelasan:
a.       Engkau menyediakan hidangan bagiku di hadapan lawanku
b.      Engkau mengurapi kepalaku dengan minyak
c.       Pialaku penuh melimpah.
Penggambaran:
Seorang raja yang pergi di medan peperangan tidaklah sangat aktif untuk langsung berperang.  Yang berperang dengan sangat aktif adalah panglima-panglimanya.  Jika mereka menang, maka yang disorak-sorakkan adalah raja bukan panglima perangnya.  Sesungguhnya, yang menyebabkan kemenangan adalah panglima perang.  Ia berjuang mempertaruhkan nyawa di medan perang untuk meraih kemenangan.

Penegasan:
Orang yang menjadikan Tuhan adalah gembalanya, pasti hidup berkemenangan.  Tuhan yang akan berjalan di depannya dan menjadi panglima perang.  Ia pasti merayakan kemenagannya atas bayang-bayang maut yang terkalahkan oleh karena Tuhan.
Penerapan:
Belajar mengandalkan Tuhan dan jadikanlah Ia panglima perang dalam kehidupanmu.
4.      Hidup Damai (ayat 6)

Penjelasan:
a.       Kebajikan dan kemurahan akan mengikuti aku seumur hidupku
b.      Diam dalam rumah Tuhan sepanjang masa.
Penggambaran:
Seekor induk burung dan anak-anaknya yang menikmati kebersamaan tanpa menghiraukan tebing yang curam dan ombak yang bergelora di tempat mereka berada.
Penegasan:
Orang yang menjadikan Tuhan adalah gembalanya, pasti menikmati kehidupan yang damai meskipun berada dalam bayang-bayang maut karena masalah yang menghimpit.  Anugrah Tuhan selalu melimpah dan menyertainya bahkan ia dapat hidup dalam persekutuan dengan Tuhan.
Penerapan:
Mulailah membangun persekutuan dengan Tuhan.
C.       PENUTUP
Bayang-bayang maut bukanlah hal yang menakutkan. Kuncinya adalah miliki cara pandang yang benar tentang Allah dalam kondisi yang memposisikan anda berada dalam bayang-bayang maut.  Tidak ada masalah yang lebih besar dari Allah yang Maha Besar. Amin.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar