BAYANG-BAYANG
MAUT
(MAZMUR
23:1-6)
A. PENDAHULUAN
Penulis William H. Ridgeway
mengenang masa kecilnya, yakni ketika ia dan temannya suka memetik buah berry.
Setelah keranjang mereka penuh, mereka akan duduk-duduk di samping rel kereta
api yang ada di dekat situ. Saat matahari terbenam di barat, sebuah kereta akan
lewat dan “menggilas mereka.” Tentu saja monster besi dengan suara menggelegar
dan peluitnya yang melengking itu tidak benar-benar menggilas mereka. Hanya
bayangannya saja yang lewat dan seolah menggilas mereka. Dengan sabar mereka
menanti di situ. Meski sudah tahu bahwa tidak akan ada bahaya yang mengancam,
namun mereka tetap gentar sementara lokomotif dan gerbong-gerbongnya datang
mendekat. Saat kereta api itu lewat, selama beberapa detik mereka berada dalam
bayang-bayangnya. Kemudian bayangan itu pun hilang. Matahari yang hendak
terbenam menyinari mereka dengan cahayanya yang keemasan saat mereka berjalan
menuju rumah mereka yang penuh kehangatan. Betapa indahnya ilustrasi tentang
“berjalan dalam bayang-bayang maut” (Mazmur 23:4) yang dimiliki orang Kristen.
Bapak/Ibu dan saudara/i yang terkasih,
mendengar “bayang-bayang maut” tentunnya akan membawa kita pada situasi yang
mengerikan dan kita akan berusaha untuk menghindarinya. “Bayang-bayang maut” yang menjadi perenungan
kita saat ini menggambarkan sebuah situasi yang menyesakkan dimana semua jalan
telah tertutup dan tidak ada yang dapat diharapkan lagi. Apa hal ini berupa penderitaan karena sakit
penyakit yang mengerikan sehingga semua orang menjauh dari kita (seperti Ayub)
atau orang-orang yang kita cintai berbalik menyerang kita bahkan mau mencabut
nyawa kita. Bagaimana tindakkan
kita? Mari bersama belajar kepada Daud
yang pernah berada dalam “bayang-bayang maut.”
B. ISI
KHOTBAH
Mazmur 23:1-6 mengisahkan bagaimana
sang pemazmur yaitu Daud sedang menghibur dirinya sendiri oleh karena ia harus
menjadi seorang pelarian. Daud diancam
oleh anaknya sendiri yaitu Absalom.
Begitu sesaknya hati Daud oleh karena ia harus berhadapan dengan anaknya
yang mau membunuh dia. Daud mengambil
keputusan untuk menghindar dari anaknya, yaitu ia harus pergi meninggalkan
istana lewat pintu gerbang belakang yang biasanya dipakai oleh keluarga
kerajaan sebagai gerbang pelarian dari tangan musuh. Ironisnya, Daud tidak
memilih jalan yang mulus yang sering dilalui oleh orang banyak. Hanya ada satu jalan yang membuat orang tidak
akan mau melewati jalan itu untuk membunuh Daud yaitu berjalan dalam sebuah
lembah yaitu lembah kematian (Israel menyebut lembah itu adalah “lembah
kematian” karena daerah itu ditumbuhi oleh semak belukar yang tinggi dan lebat
dan juga pohon-pohonan yang berduri, apabila itu dilalui maka sudah pasti orang
yang melalui lembah itu tidak akan bertahan hidup karena ia akan disayat-sayat
oleh semak belukar berduri yang lebat).
Apa yang dilakukan Daud? Apakah ia menangis dan mengerang kesakitan?
Jawabnya pasti “ya”. Tetapi, ada sikap
yang istimewa yang ditunjukan oleh Daud saat ia dalam kesesakkan di dalam
bayang-bayang maut yaitu:
pengakuan yang mantap bahwa TUHAN ADALAH GEMBALAKU.
Keperluan (Relevansi)
1.
Kesesakkan
karena himpitan masalah yang seakan-akan berada dalam
bayang-bayang maut menjadikan
pikiran orang lebih banyak fokus kepada masalah tanpa menyadari bahwa ada Allah
yang lebih besar dari masalah apapun.
2.
Orang
sering berpikir bahwa Allah tidak peduli atas masalah yang menyesakkan tanpa
teringat bahwa Allah adalah Allah yang Immanuel yaitu Allah yang menyertai.
Transisi
Bagaimana seharusnya cara memandang Allah dalam setiap kesesakkan karena
himpitan masalah yang membuat orang berada dalam
bayang-bayang maut?
Gembala:
Ada empat keuntungan jika memiliki konsep pikir yang benar tentang Allah
dan menjadikan-Nya gembala di dalam hidup kita pada saat kita berada dalam
bayang-bayang maut akibat masalah yang menyesakkan:
1.
Hidup
Berkecukupan (ayat 1-3)
Penjelasan:
a.
Ia
membaringkan aku di padang yang berumput hijau (ayat 2)
b.
Ia
menyegarkan jiwaku
c.
Ia
menuntun aku dijalan yang benar (ayat 3)
Penggambaran:
Kalau kita memperhatikan pengembala kambing atau kerbau, pasti akan
mencarikan tempat yang ada rumput yang hijau segar untuk hewan penggembalaannya
itu dapat makan, ia juga akan memberi minum dan ia akan menuntun hewan
penggembaannya itu untuk berjalan ke arah yang benar.
Penegasan:
Orang yang menjadikan Tuhan adalah gembalanya, maka ia pasti
tidak akan kekurangan. Ia akan hidup
berkecukupan baik jasmani maupun rohani meskipun ia sedang berada di dalam bayang-bayang
maut akibat masalah yang
menyesakkan.
Penerapan:
Mulailah belajar mempercayai Tuhan meskipun sedang berada
dalam bayang-bayang maut dan
jadikanlah Ia gembalamu.
2. Hidup
Aman dan Nyaman (ayat 4)
Penjelasan:
a. Sekalipun
aku berjalan dalam lembah kekelaman, aku tidak takut bahaya
Sebab
Tuhan besertaku
b. Gada-Mu
dan Tongkat-Mu, Itulah yang menghibur aku
Penggambaran:
Induk ayam dan
anak-anak ayam. Anak-anak ayam tidak
takut untuk berjalan mencari makan meskipun ada elang yang mengawasi dari atas
untuk memangsa. Anak-anak ayam sangat
yakin bahwa induk mereka juga selalu mengawasi dan akan memberi isyarat bahaya
dan siap-siap mengembangkan sayapnya untuk melindungi anak-anaknya dari
sipemangsa.
Penegasan:
Orang yang menjadikan Tuhan adalah gembalanya, maka ia pasti
aman dan nyaman baik secara fisik maupun rohani. ia akan terlindungi dari bayang-bayang maut
akibat masalah yang menyesakkan. Ia
pasti tidak akan tersesat karena Gada Tuhan akan menariknya kembali berjalan
pada jalan yang benar dan tongkat Tuhan akan mengarahkannya dijalan yang benar.
Penerapan:
Mulailah membangun
dasar keyakinan yang kokoh dengan benar terhadap Tuhan.
3. Hidup
Berkemenangan (ayat 5)
Penjelasan:
a. Engkau
menyediakan hidangan bagiku di hadapan lawanku
b. Engkau
mengurapi kepalaku dengan minyak
c. Pialaku
penuh melimpah.
Penggambaran:
Seorang raja yang pergi
di medan peperangan tidaklah sangat aktif untuk langsung berperang. Yang berperang dengan sangat aktif adalah
panglima-panglimanya. Jika mereka
menang, maka yang disorak-sorakkan adalah raja bukan panglima perangnya. Sesungguhnya, yang menyebabkan kemenangan
adalah panglima perang. Ia berjuang
mempertaruhkan nyawa di medan perang untuk meraih kemenangan.
Penegasan:
Orang yang menjadikan Tuhan adalah gembalanya, pasti hidup
berkemenangan. Tuhan yang akan berjalan
di depannya dan menjadi panglima perang.
Ia pasti merayakan kemenagannya atas bayang-bayang maut yang terkalahkan
oleh karena Tuhan.
Penerapan:
Belajar mengandalkan
Tuhan dan jadikanlah Ia panglima perang dalam kehidupanmu.
4. Hidup
Damai (ayat 6)
Penjelasan:
a. Kebajikan
dan kemurahan akan mengikuti aku seumur hidupku
b. Diam
dalam rumah Tuhan sepanjang masa.
Penggambaran:
Seekor induk burung dan
anak-anaknya yang menikmati kebersamaan tanpa menghiraukan tebing yang curam
dan ombak yang bergelora di tempat mereka berada.
Penegasan:
Orang yang menjadikan Tuhan adalah gembalanya, pasti
menikmati kehidupan yang damai meskipun berada dalam bayang-bayang maut karena
masalah yang menghimpit. Anugrah Tuhan
selalu melimpah dan menyertainya bahkan ia dapat hidup dalam persekutuan dengan
Tuhan.
Penerapan:
Mulailah membangun
persekutuan dengan Tuhan.
C.
PENUTUP
Bayang-bayang maut bukanlah hal yang menakutkan. Kuncinya
adalah miliki cara pandang yang benar tentang Allah dalam kondisi yang
memposisikan anda berada dalam bayang-bayang maut. Tidak ada masalah yang lebih besar dari Allah
yang Maha Besar. Amin.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar