Pertumbuhan
Gereja
Kitab Perjanjian Lama memakai dua istilah untuk menunjuk gereja,
yaitu: “qahal” yang artinya
“memanggil” dan “edhah” yang artinya
“memilih atau menunjuk atau bertemu bersama-sama disatu tempat yang telah
ditunjuk.” Sedangkan Perjanjian Baru
memakai istilah “ekklesia” yang
artinya “memanggil keluar”, dan ini sering digunakan untuk berkumpul beribadah secara umum. Kata “ekklesia”
juga ditafsirkan dari penggunaan kata “ek” berarti: keluar dari sekumpulan
orang-orang.”[1] Jadi, gereja yang didasarkan kepada istilah “ekklesia” adalah pertemuan orang-orang
yang dipanggil keluar dari sebuah kumpulan kepada kumpulan yang baru untuk
mencapai tujuan bersama ditempat yang telah ditentukan.
Gereja atau “ekklesia”
yang juga sering disebut sebagai jemaat tidak mengandung arti bahwa perkumpulan
yang dilakukan adalah atas dasar keinginan sendiri untuk berkumpul, tetapi
Kristuslah yang dengan perantaraan Firman dan Roh mengumpulkan bagi-Nya
jemaat.”[2] Dengan demikian, gereja atau “ekklesia” mengalami pengertian yang
lebih spesifik yang mengarah kepada kumpulan yang khusus yang disebut Kristen,
yaitu kumpulan orang-orang yang dipanggil oleh Kristus yang telah mati di kayu
salib keluar dari kegelapan karena dosa kepada terang Kristus yang ajaib
melalui firman dengan pertolongan Roh Kudus.
Jadi, gereja bukanlah menunjuk kepada gedung sebagaimana yang
didefinisikan oleh sebagian orang.
Gereja adalah individu yang juga disebut “organisme yang hidup”[3], yaitu
setiap orang yang percaya kepada Injil yaitu Yesus, yang berhimpun bersama
untuk bersekutu disuatu tempat yang telah ditentukan bersama dengan melakukan
upacara keagamaan yaitu upacara persekutuan dengan Allah.
1.
Pengertian Pertumbuhan Gereja
Pertumbuhan gereja adalah “perkembangan dan perluasan tubuh
Kristus baik dalam kuantitas maupun kualitas, dalam bentuk yang nampak maupun
isinya yang tidak tampak.”[4] Gereja sebagai organisme yaitu kumpulan dari
orang-orang percaya, diibaratkan seperti tanaman yang membutuhkan pertumbuhan
melalui sari-sari makanan yang diperoleh dari air dan mineral dari dalam tanah
yang cukup. Firman Tuhan sebagai bahan
makanan rohani yang memberikan pertumbuhan yang sehat bagi gereja. Gereja yang sehat menghasilkan pertumbuhan yang
seimbang yaitu baik kuantitas maupun kualitas.
Pertumbuhan kuantitas yang dimaksud adalah pertambahan jumlah
anggota gereja. Pertambahan jumlah
anggota gereja secara umum dapat bersumber dari tiga faktor, yaitu: pertama,
pertumbuhan dari hasil biologis yaitu pertambahan jumlah anggota dari hasil
perkawinan anggota gereja, yang bertumbuh menjadi dewasa dan dilayani oleh
gereja untuk dibawa mengenal Kristus, sebagai bentuk persiapan untuk menjadi
anggota gereja yang bertanggung jawab.
Kedua, pertambahan dari perpindahan gereja, yaitu: pertambahan jumlah
dari hasil anggota gereja yang berpindah kepada gereja yang lain, disebabkan
karena perpindahan penduduk atau karena faktor lain. Dan ketiga, pertambahan dari hasil
pemberitaan Injil, yaitu: pertambahan jumlah pertobatan jiwa-jiwa baru.
Pertumbuhan gereja secara kualitas merupakan pertumbuhan yang
dihasilkan berdasarkan hubungan pribadi dengan Roh Kudus. Pertumbuhan kualitas berlangsung maju ke arah
yang semakin baik, yang dapat dilihat dari sikap kasih yang dimiliki di dalam
persekutuan. Penekanan pertumbuhan
kualitas adalah kedewasaan rohani yang dibuktikan dari perbuatan, perkataan dan
tindakan yang berdasarkan karakter Kristus dan mewujudkan tugas panggilan yang
diamanatkan oleh Yesus sebagai kepala gereja, yaitu melayani, bersekutu, dan
bersaksi. Contoh pertumbuhan kualitas
dinyatakan dalam kehidupan orang percaya yang mula-mula yaitu: ketekunan dalam
pengajaran rasul-rasul dan dalam persekutuan, dalam doa dan pujian sambil
memecahkan roti yang sering dilakukan di dalam Bait Allah dan di rumah
masing-masing dengan tulus hati, dan kasih persaudaraan.
2.
Dasar Pertumbuhan Gereja
Gereja bertumbuh bukan didasarkan kepada kebutuhan dan keinginan
manusia. Dasar pertumbuhan gereja adalah
karena kehendak Allah, pekerjaan Roh Kudus, dan pertumbuhan kehidupan
kerohanian orang Kristen secara pribadi.
2.1
Kehendak Allah
Allah menghendaki manusia selamat. Tindakan Allah yang tidak menghendaki manusia
binasa karena dosa merupakan kebenaran yang hakiki dalam Alkitab, yang terlihat
pertama sekali bagaimana Allah mencari manusia yaitu Adam dan Hawa yang telah
jatuh ke dalam dosa (Kej. 3). Allah
dengan aktif terus mencari orang-orang yang terpisah dari pada-Nya oleh dosa. Keseriusan Allah terlihat bagaimana akhirnya
Allah bertindak di dalam dunia dengan menjadi seperti manusia yaitu Yesus
Kristus, supaya setiap orang yang percaya kepada Allah dalam Yesus Kristus
tidak binasa, melainkan beroleh hidup yang kekal (Yoh. 3:16).
Jadi, Yesus Kristus merupakan sarana yang telah menjadi pusat
Injil, yang disediakan Allah untuk membawa kembali manusia yang terhilang. Wagner mengatakan bahwa “Persediaan yang
Allah telah adakan untuk membawa manusia terhilang kepada diri-Nya sendiri
adalah Injil.”[5] Dasar dari kehendak Allah yang tidak
menginginkan seorang pun binasa yaitu barang siapa yang percaya kepada Yesus
sebagai jalan keselamatan yang disediakan Allah, merupakan kebenaran yang
memperjelaskan bahwa “gereja bukan suatu lembaga atau organisasi buatan manusia
melainkan jemaat Allah.”[6]
Allah sendiri yang memprakarsai pertumbuhan gereja oleh
kehendak-Nya sehingga gereja disebut umat Allah yaitu milik Allah. Yesus berkata “di atas batu karang ini, Aku
akan mendirikan jemaat-Ku” (Mat. 16:18), “bukan sekedar bermaksud mengatakan
“akan membawa sekumpulan orang bersama-sama” melainkan Dia memakai istilah
terkenal yang menggambarkan umat Allah.”[7] Jemaat yang didirikan yang menjadi umat Allah
adalah semua orang, baik laki-laki dan perempuan, yang tua atau yang muda, yang
telah dipanggil oleh Allah menjadi milik-Nya untuk bersekutu. Wagner mengatakan “Tuhan menghendaki agar
pria dan wanita yang terhilang ditemukan dan diselamatkan.”[8] “Aku akan mendirikan jemaat-Ku” adalah
merupakan sebuah pernyataan yang memperjelaskan bahwa Allah sebagai dasar dari
pertumbuhan gereja, dan sebagai pendiri maka Allah sendiri yang memegang hak
milik atas gereja. Peters berpendapat
bahwa “oleh karena gereja adalah kepunyaan Allah, Dia sendiri yang
merencanakan, membentuk, mengadakan dan menentukan.”[9] Berarti, dapat disimpulkan bahwa pertumbuhan
gereja adalah atas dasar kehendak Allah dan pekerjaan Allah, yaitu Allah
sebagai sumber utama pertumbuhan gereja, oleh karena Allah menghendaki agar tidak
seorangpun manusia binasa.
2.2 Karya Roh Kudus
“Roh Kudus adalah utusan Allah untuk memperkenalkan, mengawasi
atau mengendalikan, memberikan kemampuan, dan mewujudkan tujuan Allah dalam
program untuk mendirikan gereja atau jemaat.
Pada hari pentakosta, Roh Kudus menciptakan sebuah badan bagi Dia
sendiri, yaitu gereja Yesus Kristus.”[10] Roh Kudus adalah Utusan Allah bukan berarti
bahwa Roh Kudus lebih rendah dari Allah.
Utusan hanyalah sebatas menjelaskan sistem tugas, sedangkan hakikat dan
keberadaan Roh Kudus adalah sama dengan Bapa dan Anak yaitu Yesus. Secara ringkas dapat digambarkan dalam
hubungan dengan keselamatan yaitu: Bapa yang menjanjikan keselamatan dan janji
itu didapat dan dilaksanakan oleh Anak yaitu kematian-Nya disalib (Yoh.
3:16-17). Anak yaitu Yesus sebagai
penyedia keselamatan yang telah selesai dikerjakan terangkat, Roh Kudus diutus
sebagai pelaksana yaitu yang melanjutkan keselamatan kepada semua orang.
Roh Kudus memainkan peranan yang sangat penting dalam
pertumbuhan gereja yang ditandai pada hari pentakosta. Kehadiran Roh Kudus pada hari pentakosta
adalah untuk mewujudkan rencana yang dikehendaki Allah supaya jangan ada
seorangpun binasa, berkarya melalui manusia dan di dalam manusia. Yang dimaksud berkarya di dalam manusia
adalah bahwa Roh Kudus mengerjakan pertumbuhan secara pribadi di dalam
orang-orang yang telah percaya kepada Injil dan oleh karya Roh Kudus yang telah
menyatukan ke dalam sebuah persekutuan yang baru yang disebut umat Allah atau
gereja yaitu tubuh Kristus. Sedangkan
yang dimaksud berkarya melalui manusia adalah bahwa Roh Kudus mengerjakan pertumbuhan
ke luar yaitu untuk pertambahan jumlah melalui kesaksian orang-orang yang telah
bertumbuh kerohanian secara pribadi oleh karya Roh Kudus. “Tuhan memberikan kepada umat-Nya tanggung
jawab untuk mencari jiwa-jiwa yang sesat, dan Roh Kudus akan bekerja melalui
mereka untuk menyelesaikan tugas itu.”[11] Jadi, peranan manusia merupakan salah satu
faktor tertentu yang menjadi pertumbuhan gereja, tetapi “tentu dalam beberapa
hal Roh Kudus memang merupakan dasar pertumbuhan gereja.”[12]
2.3 Pertumbuhan
Hidup Rohani Orang Kristen Secara Pribadi
Peter Wongso mengatakan salah satu dasar pertumbuhan gereja
adalah“pertumbuhan dan kedewasaan hidup rohani orang Kristen secara pribadi.”[13] Pertumbuhan hidup rohani orang Kristen secara
pribadi merupakan perkembangan pengenalan akan kepercayaan yang diyakini dan
dipegang teguh kearah kedewasaan yaitu kepenuhan Kristus, yang diperoleh dari
beberapa faktor, yaitu: pertama masukan dari pengajaran firman Tuhan yang
dilaksanakan di dalam persekutuan, dari alat-alat multi media yaitu televisi,
radio, jasa internet atau melalui majalah-majalah rohani, dan pembacaan Alkitab
yang telah dijadwalkan secara pribadi.
Kedua dari persekutuan yang diadakan bersama-sama di dalam bait suci
atau di rumah masing-masing, yaitu di dalam doa dan pujian, di dalam mengikuti
sakramen perjamuan Tuhan (perjamuan kudus) untuk mengingat pengorbanan Yesus di
kayu salib, dan sakramen baptisan sebagai sikap seorang percaya dalam
memproklamasikan iman yang diyakini, dan di dalam memecah roti secara
bersama-sama yaitu perjamuan kasih.
3.
Strategi Pertumbuhan Gereja
Strategi adalah “garis-garis besar pendekatan yang harus
digunakan untuk mencapai tujuan.”[14] Pernyataan untuk mencapai tujuan adalah
mengindikasikan bahwa sebelum terbentuk strategi, tujuan terlebih dahulu telah
ditetapkan. Jadi, gereja dapat
menentukan strategi pertumbuhan apabila telah didasarkan kepada pengenalan dan
pengetahuan apa yang menjadi tujuan gereja.
Ada lima tujuan gereja menurut Rick Warren, yaitu: “mengasihi Tuhan
Allah dengan segenap hati, mengasihi sesama manusia seperti diri sendiri
(pelayanan), pergi dan menjadikan murid (penginjilan), membaptis (persekutuan),
dan mengajar untuk taat (pengajaran/pemuridan).”[15] Dengan sederhana dapat disimpulkan bahwa
tujuan gereja adalah melayani, bersekutu, dan bersaksi. Keberhasilan strategi untuk mencapai tujuan,
terletak kepada tujuan yang jelas, dapat diukur dan dapat dicapai.
Strategi pertumbuhan gereja adalah suatu langkah-langkah
pendekatan untuk dapat mencapai tujuan yang telah ditetapkan berupa perkembangan
dan perluasan tubuh Kristus baik dalam kuantitas maupun kualitas, dalam bentuk
yang nampak maupun isinya yang tidak tampak.
Strategi pertumbuhan gereja sangat penting dan mengandung konsep
alkitabiah. Salah satu dasar Alkitab
yang menunjukan kepentingan strategi bagi pertumbuhan gereja adalah pernyataan
Yesus yang mengatakan “Lihat, Aku mengutus
kamu seperti domba ke tengah-tengah serigala, sebab itu hendaklah kamu cerdik
seperti ular dan tulus seperti merpati (Mat. 10:16).”
Gereja sebagai sedang jemaat yang beribadah adalah sebuah
komunitas yang hidup di dalam dunia yang semakin berubah, baik dalam segi
moral, ilmu pengetahuan dan teknologi, dan berbagai aspek yang lain. Oleh karena gereja berada dalam dunia yang
semakin berubah, maka gereja harus berusaha untuk tetap mempertahankan
eksistensi gereja sebagai tubuh Kristus, dengan berkontekstual sesuai dengan
keadaan dunia tanpa harus melupakan prioritas utama panggilan gereja, yaitu
bersaksi,melayani dan bersekutu; dengan cara gereja harus mempunyai strategi
berupa membentuk perencanaan, pemberdayaan sumber daya manusia dalam gereja,
dan membentuk kelompok sel. Agar dapat
mencapai tujuan berdasarkan strategi, gereja harus tetap bersandar kepada Roh
Kudus oleh karena gereja berada dalam dunia yang semakin berubah, yang dapat
menghasilkan kelelahan dan keputusasaan bagi gereja dalam menjalankan strategi. Robert dan Evelyn Bolton mengatakan “pada
waktu jemaat menyerah kepada pekerjaan Roh Kudus, Ia menyegarkan dengan hidup
baru dan kegembiraan.”[16]
3.1 Membentuk
Perencanaan
Perencanaan merupakan salah satu hal yang terpenting dalam
pertumbuhan gereja. Perencanaan adalah “cara
berpikir mengenai persoalan-persoalan sosial dan ekonomi, terutama berorientasi
pada masa datang, berkembang dengan hubungan antara tujuan dan keputusan-keputusan
kolektif dan mengusahakan kebijakan dan program.”[17] Perencanaan merupakan proses awal untuk
membuka peluang-peluang keberhasilan dalam memecahkan setiap persoalan
sehubungan dengan keberadaan pada masa yang akan datang.
Perencanaan dapat berfungsi sebagai kompas yang menentukan
langkah-langkah yang harus ditempuh untuk dapat mencapai tujuan yang telah
ditetapkan berdasarkan keputusan-keputusan kolektif atau individu, yang telah
disusun dalam sebuah anggaran pembukuan rumah tangga masing-masing organisasi,
instansi, ataupun perseorangan.
Perencanaan yang baik adalah perencanaan yang disusun secara sederhana, dapat
dijangkau, masuk akal dan nyata, sesuai dengan arah tujuan yang akan dicapai.
Gereja yang bertumbuh dan mampu mempertahankan keeksistensian
adalah gereja yang membentuk perencanaan dan mengkomunikasikan perencanaan
kepada semua anggota gereja, dengan berorientasikan pada tujuan yang akan dicapai. Membentuk perencanaan dapat mengfasilitasi
gereja untuk dapat meminimalisir kefatalan yang dapat merugikan gereja, karena
membentuk perencanaan berarti menginterpretasikan dan menginventarisasikan
kekuatan gereja kepada semua anggota gereja.
3.2 Pemberdayaan Sumber Daya Manusia Dalam Gereja
Pemberdayaan merupakan sebuah kegiatan untuk mengolah, merawat,
dan memanfaatkan agar keberlangsungan eksistensi terus terpelihara dan semakin
berkembang. Pemberdayaan sumber daya
manusia sebuah usaha untuk mengolah segala potensi yang ada dalam diri manusia
melalui pelatihan-pelatihan yang bersifat formal atau non formal agar
berkembang ke arah yang lebih maju, sehingga dapat dimanfaatkan untuk
kepentingan manusia itu sendiri dan kepentingan umum. Pemberdayaan sumber daya manusia juga sebagai
usaha untuk memanusiakan manusia. George
W. Peters berkata: “Gereja sebagai kelompok orang percaya yang berhimpun pada
waktu tertentu bersama Tuhan untuk memproklamasikan firman Allah, untuk
bersekutu, meneguhkan, beribadah, menaati ketentuan-ketentuan Alkitab,
melaksanakan fungsi-fungsi, dan kewajiban-kewajiban spesifik kepada satu sama
lain dan kepada dunia.”[18] Gereja sebagai kelompok orang-orang percaya,
berarti bahwa gereja terdiri dari beberapa orang atau sejumlah orang percaya
yang memiliki karakter yang berbeda-beda, kemampuan yang berbeda-beda, dan juga
karunia yang berbeda-beda yang dianugrahkan oleh Roh Kudus. Oleh karena gereja terdiri dari sejumlah
orang percaya, maka gereja memiliki tanggung jawab untuk mengembangkan sumber
daya manusia dalam gereja untuk mampu mempertahankan keeksistensian gereja di tengah-tengah
dunia yang semakin berubah.
Sumber daya manusia dalam gereja adalah merupakan modal atau
potensi bagi gereja untuk dapat bertumbuh kearah tugas panggilan yang telah
diamanatkan oleh kepala Agung gereja yaitu Yesus Kristus, untuk pergi
menjadikan semua bangsa menjadi murid, membaptis, dan mengajar, dengan kata
lain adalah untuk bersaksi, bersekutu, dan melayani. Makmur Halim berpendapat:
Gereja tidak akan berperan dengan baik
atau mengantisipasi perubahan-perubahan yang radikal dalam bidang ilmu
pengetahuan dan teknologi, apabila gereja tidak merasa bertanggungjawab untuk
mengembangkan sumber daya manusia.
Kontribusi gereja dalam mengembangkan sumber daya manusia akan
menguntungkan gereja itu sendiri, karena gereja kelak dapat menggunakan
hasil-hasil pengembangan sumber daya manusia untuk kepentingan pelayanan. Dengan mempertahankan keseimbangan antara
intelektual dan iman jemaat, gereja akan bertumbuh secara wajar di
tengah-tengah masyarakat ilmu pengetahuan.
Gereja juga akan mampu mencapai para professional yang ada di
tengah-tengah masyarakat untuk kerajaan surga.[19]
Pemberdayaan
sumber daya manusia dalam gereja dapat berbentuk pelatihan, yaitu: dengan
mendidik pemimpin-pemimpin melalui pengajaran-pengajaran dalam gereja agar
memiliki tanggungjawab untuk menjangkau orang lain di luar gereja.”[20] Pelatihan untuk menghasilkan
pemimpin-pemimpin dalam gereja adalah sebuah bentuk pelatihan yang disesuaikan
berdasarkan kemampuan dan karunia jemaat.
Prinsip latihan adalah penting bagi pertumbuhan gereja dan kesehatan
gereja karena dapat mempengaruhi perkembangan kualitas dan kuantitas.”[21] Pemberdayaan sumber daya manusia dalam gereja
diukur dari keterlibatan semua anggota gereja dalam pelayanan berdasarkan
potensi masing-masing untuk dapat merawat dan terlibat di dalam pertumbuhan
gereja, seperti penginjilan, pemuridan melalui kegiatan kelompok sel, pelayanan
mimbar berupa memimpin pujian dan penyembahan, musik, dan berbagai bentuk
pelayanan yang ada di dalam gereja.
3.3
Membentuk Kelompok Sel
Gereja sel adalah bentuk kehidupan gereja non tradisional dimana
kelompok-kelompok kecil orang-orang kristen (sel) bertemu di rumah-rumah
masing-masing untuk saling membangun dalam Kristus dan untuk menginjili
orang-orang yang belum selamat.”[22] Menghadirkan kelompok sel dalam gereja adalah
salah satu usaha dalam mendidik umat untuk memiliki tanggung jawab terhadap
pertumbuhan gereja. Melalui kelompok
sel, setiap potensi dan karunia yang ada dalam diri masing-masing umat dapat
tersalurkan, dan juga sebagai salah satu bentuk pelatihan bagi jemaat untuk
memimpin, karena jumlah anggota dalam kelompok sel tidaklah banyak sehingga
sangat memudahkan untuk mengerahkan semua anggota mengambil bagian
masing-masing dalam pelayanan, yang dapat menghasilkan pertumbuhan gereja. Peters mengatakan: “Sebuah gereja bertumbuh
maksimal, jika seluruh anggota dari badan itu dikerahan dan diajar ikut melayani
secara berkelanjutan, baik dalam hal berdoa, membagi-bagikan sesuatu, bersaksi,
dan memberitakan Injil.”[23]
Kelompok sel bukan merupakan kegiatan yang baru dalam
gereja. Sejarah terbentuk kelompok sel
telah dimulai oleh gereja mula-mula yaitu “berkumpul di rumah masing-masing
secara bergilir sambil memecahkan roti (perjamuan kasih) dan makan bersama-sama
dengan gembira dan dengan tulus hati, sambil memuji Allah (Kis. 2:46-47).” Kelompok sel menjadi salah satu strategi
dalam pertumbuhan gereja karena kasih yang mengikat semua anggota di dalam
persekutuan sel dapat merangsang kepercayaan orang lain bertumbuh. Gereja mula-mula dikatakan disukai banyak
orang dan tiap-tiap hari pertambahan jumlah orang percaya terus meningkat (Kis.
2:47).
[1] Louis Berkhof, Teologi Sistematika-Doktrin Gereja (Jakarta: Lembaga Reformed Injili Indonesia, 1997), 5-7.
[2] G.C. Van
Niftrik dan B.J. Boland, Dogmatika Masa
Kini (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2001), 359.
[3]
Joel Comiskey, Menuai Tanpa Batas
(Jakarta: Metanoia, 2003), 61.
[4] Peter
Wongso, Tugas Gereja Dan Missi Masa Kini
(Surabaya: YAKIN, 2000), 80.
[5]
Wagner, 35.
[6] Peters,
66.
[7]
D.A. Carson, Gereja Zaman Perjanjian Baru
Dan Masa Kini (Malang: Gandum Mas, 1997), 16.
[8] Wagner,
36.
[9] Peters,
69.
[10] Ibid., 21.
[11]
C. Peter Wagner, Strategi Perkembangan
Gereja (Malang: Gandum Mas, 2003), 28.
[12]
C. Peter Wagner, Pertumbuhan Gereja Dan
Peranan Roh Kudus (Malang: Gandum Mas, 1996), 27.
[13] Wongso,
59.
[14]
Yunus Ciptawilangga dkk, Menang Dalam
Persaingan Gereja (Jakarta: Metanoia, 2003), 102.
[15] Rick
Warren, Pertumbuhan Gereja Masa Kini
(Malang: Gandum Mas, 2000), 109-111.
[16]
Robert dan Evelyn Bolton, Pelayanan
Gereja Tuhan (Malang: Gandum Mas, 2000), 26.
[17]
Dokter-Kota, Pengertian Perencanaan, Online: http://dokter-kota.blogspot.com/.
Diakses 17 Desember 2012.
[18]
Peters, 70.
[19] Halim,
215.
[20]
Larry Pate, Membuka Gereja Baru
(Malang: Gandum Mas, 1984), 144.
[21] Ron
Jenson Dan Jim Stevens, Dinamika
Pertumbuhan Gereja (Malang: Gandum Mas, 2004), 235.
[22]
Comiskey, 80.
[23]
Peters, 257.
terimakasih materinya tuhan berkati
BalasHapus