MANFAAT KEBAIKAN BAGI ORANG KRISTEN
Kebaikan merupakan sebuah pembahasan yang tidak
lepas dengan nilai, dan nilai yang dimaksud diberi oleh pihak lain yang bersifat
subjektif. Artinya, setiap nilai yang
diberikan atas “kebaikan” dapat berangkat dari kepuasan atau keuntungan yang
dirasakan oleh pihak yang memberi nilai.
Unsur dasar dari “kebaikan” adalah moral, dan salah satu dasar yang
membentuk moral adalah ilmu yang membentuk sebuah pengetahuan untuk dapat
“dimanfaatkan sebagai sarana atau alat dalam meningkatkan taraf hidup dengan
memperhatikan kodrat manusia, martabat manusia, dan kelestarian atau
keseimbangan alam.”[1] Dengan kata lain bahwa: “ilmu secara moral
harus ditujukan untuk kebaikan manusia tanpa merendahkan martabat atau mengubah
hakikat manusia.”[2]
Kebaikan pada umumnya
sesuatu hal yang berusaha untuk dimiliki oleh tiap-tiap invidu dengan bermacam
ragam motivasi karena menghasilkan manfaat, yang pada tentu erat hubungannya dengan
keyakinan yang dipercayai. Terlepas dari
semuanya itu, apakah yang menjadi manfaat kebaikan bagi orang kristen? Manfaat “kebaikan” bagi orang kristen,
diantaranya:
1.
Kehendak Allah untuk menjadi sempurna
Kebaikan pada prinsipnya diidentikan dengan tindakan
(action), dan tindakan itu sendiri “sebagai kegiatan menyeluruh manusia, yang
di dalamnya juga termasuk berpikir dan berkehendak, membutuhkan suatu makna.”[3] Pada umumnya, tindakan setiap invidu sebagai
wujud dari kebaikannya merupakan hasil dari dorongan dari masalah makna hidup,
yang sadar ataupun tidak sadar merupakan salah satu hal yang digumuli. Banyak cara yang dapat dilakukan oleh manusia
untuk memperoleh nilai tentang apakah hidupnya bermakna atau tidak. Cara-cara yang ditempuh sering sekali
mengalami kegagalan karena tanpa disadari ia telah berjuang sendiri melakukannya
dengan segenap ilmu yang diperoleh, yang berujung kepada pemenuhan akan
kepuasan pada diri sendiri dan orang lain.
“Di dalam hidup kita memang suatu tindakan tertentu dapat bermakna atau
tidak, namun keputusan yang menyeluruh mengenai makna hidup kita tidak mungkin
terdapat di dalam hidup kita, melainkan tentu terdapat di atas hidup kita.”[4] Hal ini menekankan bahwa sangat penting bagi
seorang manusia untuk percaya dan mendekatkan diri kepada Allah.
Kebaikan adalah apa yang dikehendaki Allah.[5] Allah telah menyatakan kehendak-Nya kepada
manusia di dalam Alkitab. Inilah yang
menjadi keunggulan orang Kristen, dimana Allah memuat hukum-hukum moral tentang
kebaikan di dalam Alkitab untuk menghasilkan tindakan-tindakan yang dapat
menuntun seorang Kristen bermakna. Hanya
satu yang diperlukan yaitu percaya kepada Allah. Norman L Geisler dan Paul D. Feinberg
mengatakan: “dasar yang mutlak bagi moralitas ini bersumber pada kepercayaan
pada satu Allah yang kesempurnaan-Nya tak terbatas, yang menghendaki agar
manusia bersifat baik sesuai dengan kesempurnaan sifat-Nya sendiri yang tidak
berubah.”[6] Allah adalah sempurna dan Dia menghendaki
setiap orang yang percaya kepada-Nya sempurna sama seperti Dia (Mat. 5:48). Jadi, manfaat
kebaikan bagi orang kristen merupakan sebuah kesempatan untuk dapat membenahi
diri agar bersifat baik sesuai dengan kesempurnaan sifat Allah sehingga kelak
ketika dipanggil oleh Allah, Allah mendapatkan ia sempurna sebagaimana yang
dikehendakinya.
2.
Penerimaan diri
Alkitab sebagai satu-satunya deklarasi etika yang
dimiliki oleh orang kristen menerangkan bagaimana Allah menjelma dalam rupa
manusia yaitu Yesus Kristus, telah mengalami hal-hal yang dialami oleh setiap
orang, hanya saja Ia tidak berbuat dosa (Ibr. 4:15). Penjelmaan Allah menjadi sama seperti kita
merupakan bukti kebaikan Allah yang memberi teladan bagaimana setiap orang
percaya dapat menerima dirinya sendiri dalam keadaan apapun, sama seperti Allah
menerima diri-Nya sendiri dalam keadaan manusia. Norman L Geisler
dan Paul D. Feinberg menjelaskan: “Dia yang adalah Allah Sendiri
menjadi seorang di antara kita dan hidup di tengah-tengah kita, menunjukan
kepada kita bagaimana menerima diri kita sendiri.”[7] Dalam hal ini, manfaat kebaikan bagi orang
kristen sebagai bentuk dari semakin menerima diri sendiri.
3.
Memperkenalkan Pribadi Allah
Allah adalah kasih dan di dalam kasih-Nya, Ia juga adalah Allah yang adil. Sifat Allah ini dimanisfestasikan dalam
diri orang-orang yang percaya kepada Yesus yang juga adalah manifestasi kasih dan keadilan Allah dalam bentuk pribadi agar semua orang yang percaya kepada-Nya tidak binasa melainkan beroleh
hidup yang kekal (Yoh. 3:16).
Allah memperkenalkan hukum-hukum moral di dalam Alkitab, yang kesemua
hukum itu dirangkum dalam dua hukum oleh Yesus yaitu: kasih kepada Allah dan
kasih kepada sesama. Kasih kepada
Allah diwujudkan dalam tindakan yang mau melakukan perintah-perintah-Nya,
sedangkan kasih kepada sesama diwujudkan dalam tindakan bagaimana memandang dan
memperlakukan sesama layaknya seorang pribadi yang sama berharga di hadapan
Allah.
Keberadaan Allah dan sifat-Nya yang tak berubah yaitu
kasih dan adil, masih saja diragukan oleh beberapa kelompok orang. Dalam hal ini, manfaat kebaikan bagi Kristen
adalah memperkenalkan pribadi dan sifat Allah yang dimanifestasikan oleh Allah
sendiri di dalam diri orang yang percaya melalui tindakan-tindakan yang dapat
dinilai oleh orang lain, sebagaimana Alkitab berkata bahwa “orang percaya
adalah surat Kristus” (2Kor. 3:2-3).
Manifestasi yang dimaksud di sini adalah sebuah perwujudan akibat
sesuatu hal yang telah menguasainya.
Alkitab menjelaskan bahwa: “sebab kasih Kristus yang menguasai kami,
karena kami telah mengerti, bahwa jika satu orang sudah mati untuk semua orang,
maka mereka semua sudah mati. Dan
Kristus telah mati untuk semua orang, supaya mereka yang hidup, tidak lagi
hidup untuk dirinya sendiri, tetapi untuk Dia, yang telah mati dan telah
dibangkitkan untuk mereka (2Kor. 5:14-15).
Norman L Geisler dan Paul D.
Feinberg kembali menegaskan bahwa: “tindakan-tindakan
kebaikan yang dilakukan oleh orang Kristen termotivasi oleh kasih Kristus.” [8]
DAFTAR
PUSTAKA
Delfgaauw,
Bernard. Filsafat Abad 20.
Yogyakarta: Tiara Wacana Yogya. 1988.
Geisler,
Norman L dan Feinberg, Paul D. Filsafat
Dari Perspektif Kristiani. Malang: Gandum Mas. 2002.
Surajiyo. Filsafat Ilmu dan Perkembangannya di Indonesia, Suatu
Pengantar. Jakarta:
PT Bumi Aksara.
2007.
Suriasumantri, Jujun S. Filsafat Ilmu, Sebuah Pengantar Populer. Jakarta: Sinar Harapan. 1984.
Susanto, Herry.
Pengantar Filsafat, Sebuah Bunga Rampai.
Salatiga: Tisara Grafika. 2012.
[1] Surajiyo, Filsafat Ilmu dan Perkembangannya di
Indonesia, Suatu Pengantar, (Jakarta: PT Bumi Aksara, 2007), 152.
[2] Jujun S. Suriasumantri, Filsafat Ilmu, Sebuah Pengantar Populer,
(Jakarta: Sinar Harapan, 1984), 235.
[6] Norman L
Geisler dan Paul D. Feinberg, Filsafat
Dari Perspektif Kristiani, (Malang: Gandum Mas, 2002), 409.
[7] Ibid, 411.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar