Kamis, 06 November 2014

KHOTBAH EKSPOSITORI IBRANI 10:19-25



MENGHADAP ALLAH
(IBRANI 10:19-25)

PENDAHULUAN
            Pada zaman Perjanjian Lama, setiap orang tidak dapat masuk ke dalam kemah pertemuan jika tidak membawa kurban yang diwajibkan.  Dan setiap orang tidak dapat menghadap Allah selain dari Imam yang telah ditetapkan oleh Allah.  Imam ini berfungsi sebagai perantara antara umat dengan Allah.  Berbeda halnya pada zaman Perjanjian Baru, terjadi sebuah perubahan/ reformasi besar-besaran dimana setiap orang dapat menghadap Allah tanpa harus melalui perantara.
Ada tiga aspek yang ditanyakan sehubungan dengan perubahan untuk menghadap Allah yang terjadi dalam Perjanjian Baru, yaitu:
1.      Apa yang menjadi dasar kita untuk dapat menghadap Allah?
2.      Bagaimana sikap kita untuk datang menghadap Allah?
3.      Bagaimana kehidupan sosial kita setelah menghadap Allah?
ISI KHOTBAH
1.      Apa yang menjadi dasar kita untuk dapat menghadap Allah? (ayat 19-21)
Penjelasan:
Dasar kita untuk menghadap Allah adalah Yesus, yaitu:
a.       Oleh darah Yesus kita sekarang penuh keberanian dapat masuk ke dalam tempat kudus (ayat 19).
Semua bermula dari dosa.  Dosa telah menyebabkan manusia tidak dapat dengan berani datang menghadap Allah yang maha kudus.  Untuk itu diperlukan sebuah sarana sebagai perantara berupa kurban yang darahnya akan dipercikan sebagai pendamaian.  Darah Yesus yang telah tercurah di kayu salib telah mendamaikan setiap orang percaya dengan Allah, dan telah menerima pengampunan dosa serta beroleh hidup yang menjadikan manusia bersekutu dengan Allah.
b.      Yesus telah membuka jalan yang baru dan yang hidup bagi kita melalui tabir, yaitu diri-Nya sendiri (ayat. 20)
Dalam kemah pertemuan atau Bait Allah, terdiri dari beberapa bagian bilik yang tidak dapat dilanggar.  Jemaat hanya dapat sampai di bilik depan, kemudian ruang kudus untuk para imam, dan ruang Maha Kudus adalah tempat dimana Tabut Allah ada.  Antara ruang kudus dan ruang maha kudus, terbentang tabir dari atas sampai ke bawah sebagai pembatas dan ruang maha kudus hanya boleh dimasuki oleh imam kepala sekali dalam satu tahun.
Jalan, tabir, dan tubuh sesungguhnya memiliki pengertian yang sama.  itulah sebabnya Yesus berkata “Akulah jalan…”.  Kematian Tuhan Yesus telah membuat tabir dalam bait Allah terbelah menjadi dua dari atas ke bawah, yang berarti bahwa tubuh itulah jalan sehingga tidak ada lagi pembatas bagi manusia untuk dapat menghadap Allah.
c.       Yesus Imam Besar sebagai kepala rumah Allah (ayat 21)
Imam besar adalah seseorang yang bertugas memimpin upacara suci dengan membawa korban untuk dipersembahkan kepada Allah supaya Allah mengampuni dosa para umat. Imam juga disebut sebagai jurubicara antara manusia dengan Allah dan sebaliknya. Tuhan Yesus adalah imam besar kita yang oleh kematiannya telah menjadi korban bagi dosa-dosa manusia, memimpin orang percaya dan membawa manusia kepada Allah untuk diperdamaikan.  Dan sebagai kepala, ini berarti bahwa ada sebuah keteraturan dan kedisplinan dalam menghadap Allah.  Yesus sebagai kepala telah meninggalkan hal itu untuk diteladani oleh orang percaya dalam menghadap Allah.
Penggambaran:
Kisah Anak Perdamaian di salah satu suku di Papua.  selama anak itu hidup, selama itu juga ada kedamaian diantara kedua suku yang berseteru.  Yesus seperti anak perdamaian, yang mendamaikan kita dengan Allah, oleh karena selama ini kita telah menjadi seteru Allah.  Yesus hidup selama-lamanya.
Penegasan:
1.      Hanya oleh karena darah Yesus sehingga setiap orang percaya dapat dengan berani menghadap Allah.
2.      Hanya Yesus adalah satu-satunya jalan, kebenaran, dan Hidup.  Hanya melalui Yesus setiap orang percaya dapat datang kepada Bapa.
3.      Hanya Yesus adalah Imam Besar yang memimpin orang percaya dan membawa manusia kepada Allah.
4.       Keteraturan dan kedisplinan harus ada dalam diri orang percaya untuk menghadap Allah.

Penerapan:
1.      Sudahkah kita telah menjadi jalan bagi orang lain untuk membawa ia menghadap Allah?
2.      Sudahkah kita disiplin dalam hubungan kita dengan Allah?
2.      Bagaimana sikap kita untuk datang menghadap Allah? (ayat 22-23)
Penjelasan:
Sikap kita untuk datang menghadap Allah dijabarkan dalam 3 poin, yaitu:
a.       Hati yang tulus ikhlas (ayat 22)
Tulus artinya sungguh dan bersih hati (benar-benar keluar dr hati yg suci); jujur; tidak pura-pura; tidak serong; tulus hati; tulus ikhlas.  Kata tulus ini adalah orang percaya ketika menghadap Allah diharapkan dengan hati yang bersih, benar yang sungguh-sungguh keluar dari hati yang sudah dibersihkan dan sudah dibasuh dengan air yang murni yaitu oleh darah Yesus.
Penggambaran:
anak kecil memiliki hati yang tulus ikhlas
b.      Keyakinan iman yang teguh (ayat 22)
Keyakinan iman yang teguh mengandung arti tidak goyah, pasti, dan kokoh.  Yesus sebagai dasar iman orang percaya, dimana oleh darah-Nya kita dapat dengan berani menghadap Allah.  Memiliki kayakinan iman yang teguh memungkinkan untuk orang percaya mampu menghadapi segala bentuk tantangan dan cobaan.
c.       Pengharapan yang teguh (ayat 23)
Pengharapan yang teguh erat kaitannya dengan iman.  Seseorang akan berharap jika ia memiliki dasar keyakinan atau iman yang pasti.  Pengharapan yang teguh yang dimaksud adalah pengharapan yang bersandar kepada penubusan oleh darah Tuhan Yesus yang memberi hidup baru dan melayakkan kita masuk ke dalam tempat maha kudus serta menikmati kehidupan kekal bersama dengan Allah.  Hal ini merupakan dasar pengharapan yang harus dipertahankan oleh setiap orang percaya dalam menghadapi segala bentuk tantangan yang dapat mematahkan pengharapan kita.


Penegasan:
1.      Hati yang tulus ikhlas yang sudah dibersihkan dan sudah dibasuh dengan air yang murni yaitu oleh darah Yesus memungkinkan orang untuk dapat menghadap Allah dan menikmati persekutuan bersama dengan Allah.
2.      Hanya dengan keyakinan iman yang teguh kepada Yesus dimana oleh darah-Nya kita dapat dengan berani menghadap Allah.
3.      Hanya dengan pengharapan yang teguh kepada Yesus kita dapat mematahkan segala bentuk tantangan saat menghadap Allah.
Penerapan:
1.      Sudahkah kita memiliki hati yang tulus ikhlas saat menghadap Allah?
2.      Sudahkah kita dengan yakin dan benar memiliki iman yang teguh yang berpusat kepada Yesus?
3.      Sudahkah kita memiliki pengharapan yang teguh kepada Yesus ataukah pengharapan itu selama ini telah dipatahkan oleh berbagai tantangan?
3.    Bagaimana kehidupan sosial kita setelah menghadap Allah? (ayat 24-25)
Penjelasan:
Kehidupan sosial kita setelah menghadap Allah, yaitu:
a.       Saling memperhatikan
Saling memperhatikan yang dimaksud merupakan implementasi kasih Allah yang hidup dalam diri orang yang menghadap Allah dengan tidak menutup mata terhadap orang lain.  Saling memperhatikan menunjukkan hubungan yang timbal balik atau terjadi tanggapan.  Pada tingkat ini, seseorang yang telah menghadap Allah akan terlebih dahulu menunjukkan hal-hal yang baik untuk dapat menolong orang lain sehingga hasilnya efektif.
Penggambaran:
Ungkapan guru kencing berdiri, murid kencing berlari.  Artinya: apa yang dilakukan oleh seorang pengajar akan ditiru oleh orang yang diajar.
b.      Saling mendorong dalam kasih
Saling mendorong dalam kasih lebih tepat dikatakan membangkitkan kasih, yaitu: mendorong kasih terus menerus sehingga membentuk sebuah rentetan kasih yang kuat dan berkuasa.  Hal ini berarti ada sebuah strategi memanifestasikan kasih Allah kepada orang lain.  Ini bukan hal yang mudah, apalagi jika diperhadapkan kepada orang-orang yang memusuhi, membenci, menyakiti kita, dan lain-lain.
c.       Saling mendorong dalam pekerjaan baik
Orang Kristen dikenal dengan sifat kasihnya, yang tidak mau membalas kejahatan dengan kejahatan melainkan membalasnya dengan mengasihinya, yang mau menolong orang meskipun itu adalah musuhnya, dan lain-lain.  Perbuatan ini telah dilakukan dan dinilai indah atau baik dalam pemandangan orang.  Hal inilah yang dimaksud dengan saling mendorong dalam pekerjaan baik, yaitu perbuatan yang telah dilakukan dinilai indah dan berkesan kepada orang lain dan terdorong untuk melakukan hal itu.
Penggambaran:
Sebutan orang Kristen pertama sekali di Antiokhia terucap oleh karena melihat gaya hidup mereka yang indah dilihat sehingga mendorong orang untuk ikut dalam kelompok itu.


d.      Saling menasehati untuk tidak meninggalkan ibadah.
Ibadah merupakan sebuah kesempatan untuk menyembah Allah.  Dalam ibadah, kita tidak hanya menerima anugrah dan kasih Tuhan tetapi kita membagikannya kepada orang lain.  Ibadah akan menghasilkan pertumbuhan iman yang semakin mantap karena di dalamnya ada pengajaran tentang kebenaran dan kasih, bahkan lewat ibadah kita dapat menemukan karunia kita dan melatih karunia itu.  Itulah sebabnya penting bagi orang Kristen untuk saling menasehati sesama untuk tidak meninggalkan ibadah supaya tidak mengalami kerugian sebagaimana yang disebut di atas.  Penulis menggunakan menjelang hari Tuhan yang mendekat, menerangkan bahwa perbuatan kita akan kita pertanggungjawabkan di hadapan Dia.
Penegasan:
Seseorang yang menghadap Allah akan mencerminkan sebuah tindakan peduli terhadap orang lain, yaitu dengan saling memperhatikan, Saling mendorong dalam kasih dan dalam pekerjaan baik, Saling mendorong dalam pekerjaan baik, dan Saling menasehati untuk tidak meninggalkan ibadah.
Penerapan:
Sudahkah kita setelah menghadap Allah memanifestasikan hal itu dengan cara peduli
kepada orang lain ataukah kita masih seorang yang egois?  Ingat, kita semua akan
mempertanggungjawabkan semua hal itu di hadapan Tuhan yang kepada-Nya kita selalu
datang menghadap.
KESIMPULAN
1.      Dasar kita untuk berani menghadap Allah adalah semua karena Yesus, yaitu: Oleh darah Yesus kita sekarang penuh keberanian dapat masuk ke dalam tempat kudus, Yesus telah membuka jalan yang baru dan yang hidup bagi kita melalui tabir, yaitu diri-Nya sendiri, dan Yesus Imam Besar sebagai kepala rumah Allah.
2.      Sikap kita untuk datang menghadap Allah, yaitu: hati yang tulus ikhlas, dengan keyakinan iman yang teguh, dan pengharapan yang teguh dengan Yesus.
3.      Kehidupan sosial kita setelah menghadap Allah, yaitu: kita akan saling memperhatikan, saling mendorong dalam kasih, saling mendorong dalam pekerjaan baik, dan saling menasehati untuk tidak meninggalkan ibadah.





Tidak ada komentar:

Posting Komentar